Zat-zat yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari kebanyakan tidak dalam keadaan murni, melainkan bercampur dengan dua atau lebih zat lainnya. Campuran suatu zat akan tetap mempertahankan sifat-sifat unsurnya. Oleh karena itu, suatu bahan kimia akan dipengaruhi oleh sifat, kegunaan, atau efek dari zat-zat yang menyusunnya. Kekuatan pengaruh sifat masing-masing zat bergantung pada kandungan zat dalam bahan yang bersangkutan. Banyak ragam bahan kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pada bab ini hanya akan dibahas beberapa kelompok bahan kimia saja. Bahan kimia yang dimaksud, di antaranya adalah:
1.
pembersih;
2.
pemutih pakaian;
3.
pewangi;
4.
pestisida;
5.
zat aditif makanan;
6.
zat adiktif; dan
7.
zat psikotropika.
1. Bahan Kimia Pembersih
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal berbagai bahan kimia pembersih, di antaranya sabun dan detergen, seperti ditunjukkan pada Gambar 8.1. Sabun dan detergen dapat menjadikan lemak dan minyak yang tadinya tidak dapat bercampur dengan air menjadi mudah bercampur.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal berbagai bahan kimia pembersih, di antaranya sabun dan detergen, seperti ditunjukkan pada Gambar 8.1. Sabun dan detergen dapat menjadikan lemak dan minyak yang tadinya tidak dapat bercampur dengan air menjadi mudah bercampur.
Sabun dan detergen dalam air dapat melepaskan sejenis ion yang memiliki bagian yang suka air (hidrofilik) sehingga dapat larut dalam air dan bagian yang tidak suka akan air (hidrofobik) sehingga larut dalam minyak atau lemak. Jika dalam pakaian yang dicuci dengan detergen terdapat kotoran lemak maka bagian ion yang bersifat hidrofobik masuk ke dalam butiran lemak atau minyak dan bagian ion tersebut yang bersifat hidrofilik akan mengarah ke pelarut air. Keadaan ini menyebabkan butiran-butiran minyak akan saling tolak-menolak karena menjadi bermuatan sejenis. Akibatnya, kotoran lemak atau minyak yang telah lepas dari pakaian tidak dapat saling bersatu lagi dan tetap berada dalam larutan. Sebagai ilustrasi dari penjelasan tersebut.
Kita perlu hati-hati dalam memilih
bahan pembersih, bahan tersebut jangan sampai menimbulkan pengaruh yang buruk
terhadap lingkungan. Beberapa jenis detergen sukar diuraikan oleh pengurai.
Jika detergen ini bercampur dengan air tanah yang dijadikan sumber air minum
manusia atau binatang ternak maka air tanah tersebut akan membahayakan
kesehatan. Oleh karena itu, kita sebaiknya memilih detergen yang limbahnya
dapat diuraikan oleh mikrorganisme (biodegradable). Pengaruh buruk yang dapat
ditimbulkan oleh pemakaian detergen yang tidak selektif atau tidak hati-hati
adalah:
·
rusaknya keindahan lingkungan perairan;
·
terancamnya kehidupan hewan-hewan yang hidup di air; dan
·
merugikan kesehatan manusia.
2. Pemutih Pakaian
Pemutih biasanya dijual dalam bentuk larutannya dan digunakan untuk menghilangkan kotoran atau noda berwarna yang sukar dihilangkan dengan hanya menggunakan sabun atau detergen. Larutan pemutih yang dijual di pasaran biasanya mengandung bahan aktif natrium hipoklorit (NaOCl) sekitar 5%. Selain digunakan sebagai pemutih dan membersihkan noda, juga digunakan untuk desinfektan (membasmi kuman). Pada umumnya, bahan pemutih yang dijual di pasaran sudah aman untuk dipakai selama pemakaiannya sesuai dengan petunjuk. Selain dengan noda, zat ini juga bisa bereaksi dengan zat warna pakaian sehingga dapat memudarkan warna pakaian. Oleh karena itu, pemakaian pemutih ini harus sesuai petunjuk.
Pemutih biasanya dijual dalam bentuk larutannya dan digunakan untuk menghilangkan kotoran atau noda berwarna yang sukar dihilangkan dengan hanya menggunakan sabun atau detergen. Larutan pemutih yang dijual di pasaran biasanya mengandung bahan aktif natrium hipoklorit (NaOCl) sekitar 5%. Selain digunakan sebagai pemutih dan membersihkan noda, juga digunakan untuk desinfektan (membasmi kuman). Pada umumnya, bahan pemutih yang dijual di pasaran sudah aman untuk dipakai selama pemakaiannya sesuai dengan petunjuk. Selain dengan noda, zat ini juga bisa bereaksi dengan zat warna pakaian sehingga dapat memudarkan warna pakaian. Oleh karena itu, pemakaian pemutih ini harus sesuai petunjuk.
3. Pewangi
Pewangi merupakan bahan kimia lain yang erat kaitannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Kita dapat memperoleh bahan pewangi dari bahan alam maupun sintetik. Bahan pewangi alami yang sudah kita kenal di antaranya diperoleh dari daun kayu putih, kulit kayu manis, batang kayu cendana, bunga kenanga, bunga melati, dan buah pala. Bahan pewangi sintetik biasanya dipakai dalam berbagai pewangi atau parfum dalam kemasan, seperti pada Gambar 8.4. Selain zat yang menimbulkan aroma wangi, pewangi yang dijual di pasaran biasanya mengandung zat-zat lain, seperti alcohol untuk pewangi yang berbentuk cair dan tawas untuk pewangi yang berbentuk padat.
Selain alkohol, masih terdapat beragam zat tambahan lainnya yang sengaja ditambahkan ke dalam pewangi agar parfum mudah disemprotkan (zat tersebut berfungsi sebagai propelan). Di antara zat-zat tambahan yang dapat berfungsi sebagai propelan tersebut ada yang dapat mencemari lingkungan. Propelan tertentu jika lepas ke udara kemudian masuk ke atmosfer bagian atas akan merusak lapisan ozon (suatu lapisan di udara bagian atas yang melindungi manusia dari sinar-sinar berenergi tinggi, seperti sinar ultra violet). Untuk itu, kita harus selektif ketika membeli produk berupa parfum, jangan sampai mengandung bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan.
4. Pestisida
Bahan kimia jenis pestisida erat sekali dengan kehidupan para petani. Pestisida dipakai untuk memberantas hama tanaman sehingga tidak mengganggu hasil produksi pertanian. Pestisida meliputi semua jenis obat (zat/bahan kimia) pembasmi hama yang ditujukan untuk melindungi tanaman dari serangan serangga, jamur, bakteri, virus, tikus, bekicot, dan nematoda (cacing). Pestisida yang biasa digunakan para petani dapat digolongkan menurut fungsi dan sasaran penggunaannya, yaitu:
Bahan kimia jenis pestisida erat sekali dengan kehidupan para petani. Pestisida dipakai untuk memberantas hama tanaman sehingga tidak mengganggu hasil produksi pertanian. Pestisida meliputi semua jenis obat (zat/bahan kimia) pembasmi hama yang ditujukan untuk melindungi tanaman dari serangan serangga, jamur, bakteri, virus, tikus, bekicot, dan nematoda (cacing). Pestisida yang biasa digunakan para petani dapat digolongkan menurut fungsi dan sasaran penggunaannya, yaitu:
·
Insektisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk memberantas
serangga, seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Beberapa jenis insektisida
juga dipakai untuk memberantas sejumlah serangga pengganggu yang ada di rumah,
perkantoran, atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh
insektisida adalah basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, dan diazinon.
merupakan contoh produk insektisida untuk memberantas nyamuk.
·
Fungisida, yaitu pestisida yang dipakai untuk memberantas dan
mencegah pertumbuhan jamur atau cendawan. Bercak yang ada pada daun, karat
daun, busuk daun, dan cacar daun disebabkan oleh serangan jamur. Beberapa
contoh fungisida adalah tembaga oksiklorida, tembaga(I) oksida, karbendazim,
organomerkuri, dan natrium dikromat.
·
Bakterisida, yaitu pestisida untuk memberantas bakteri atau virus.
Pada umumnya, tanaman yang sudah terserang bakteri sukar untuk disembuhkan.
Oleh karena itu, bakterisida biasanya diberikan kepada tanaman yang masih
sehat. Salah satu contoh dari bakterisida adalah tetramycin, sebagai pembunuh
virus CVPD yang menyerang tanaman jeruk.
·
Rodentisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk memberantas hama
tanaman berupa hewan pengerat, seperti tikus. Rodentisida dipakai dengan cara
mencampurkannya dengan makanan kesukaan tikus. Dalam meletakkan umpan tersebut
harus hati-hati, jangan sampai termakan oleh binatang lain. Contoh dari
pestisida jenis ini adalah warangan.
·
Nematisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk memberantas hama
tanaman jenis cacing (nematoda). Hama jenis cacing biasanya menyerang akar dan
umbi tanaman. Oleh karena pestisida jenis ini dapat merusak tanaman maka
pestisida ini harus sudah ditaburkan pada tanah tiga minggu sebelum musim
tanam. Contoh dari pestisida jenis ini adalah DD, vapam, dan dazomet.
·
Herbisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman
pengganggu (gulma), seperti alang-alang, rerumputan, dan eceng gondok. Contoh
dari herbisida adalah ammonium sulfonat dan pentaklorofenol.
Penggunaan pestisida telah menimbulkan
dampak yang negatif, baik itu bagi kesehatan manusia maupun bagi kelestarian
lingkungan. Oleh karena itu, penggunaannya harus dilakukan sesuai dengan
aturan. Beberapa dampak negatif yang dapat timbul akibat penggunaan pestisida,
di antaranya:
·
Terjadinya pengumpulan pestisida (akumulasi) dalam tubuh manusia
karena beberapa jenis pestisida sukar terurai. Pestisida yang terserap tanaman
akan terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Jika tanaman ini
dimakan hewan atau manusia maka pestisidanya akan terakumulasi dalam tubuh
sehingga dapat memunculkan berbagai risiko bagi kesehatan hewan maupun
manusia.
·
Munculnya hama spesies baru yang lebih tahan terhadap takaran
pestisida. Oleh karena itu, diperlukan dosis pemakaian pestisida yang lebih
tinggi atau pestisida lain yang lebih kuat daya basminya. Jika sudah demikian
maka risiko pencemaran akibat pemakaian pestisida akan semakin besar baik
terhadap hewan maupun lingkungan, termasuk juga manusia sebagai pelakunya.
Ternyata, penggunaan pestisida selain
memberikan keuntungan juga dapat memberikan kerugian. Oleh karena itu,
penyimpanan dan penggunaan pestisida apapun jenisnya harus dilakukan secara
hati-hati dan sesuai petunjuk. Untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida
dapat dilakukan dengan cara menggunakan pestisida alami atau pestisida yang
dibuat dari bahan-bahan alami. Misalnya, air rebusan batang dan daun tomat dapat
dipakai dalam memberantas ulat dan lalat hijau. Selain contoh tersebut, masih
banyak tumbuhan lain yang dapat bertindak sebagai pestisida alami, seperti
tanaman mindi, bunga mentega, rumput mala, tuba, kunir, dan kucai.
Kata Kunci :
bahan kimia yang ada di rumah,bahan kimia di
rumah,bahan kimia rumah tangga kelas 8,bahan kimia pemutih pakaian,bahan aktif
pemutih pakaian,ulangan bio kls 8 bab bahan kimia dalam rumah tangga dan bhn
kimia makanan,ringkasan bahan kimia yang ada di rumah,artikel bahan kimia rumah
tangga,bahan aktif pemutih,sebutkan bahan kimia tertentu yang terdapat dalam
beberapa produk kimia/makanan
Zat Aditif dalam Bahan Makanan
Setiap hari kita memerlukan makanan untuk mendapatkan energi
(karbohidrat dan lemak) dan untuk pertumbuhan sel-sel baru, menggantikan sel-sel
yang rusak (protein). Selain itu, kita juga memerlukan makanan sebagai sumber
zat penunjang dan pengatur proses dalam tubuh, yaitu vitamin, mineral, dan air.
Sehat tidaknya suatu makanan tidak bergantung pada ukuran, bentuk,
warna, kelezatan, aroma, atau kesegarannya, tetapi bergantung pada kandungan
zat yang diperlukan oleh tubuh. Suatu makanan dikatakan sehat apabila
mengandung satu macam atau lebih zat yang diperlukan oleh tubuh. Setiap hari,
kita perlu mengonsumsi makanan
yang beragam agar semua jenis zat yang diperlukan oleh tubuh terpenuhi.
Hal ini dikarenakan belum tentu satu jenis makanan mengandung
semua jenis zat yang diperlukan oleh tubuh setiap hari. Supaya orang tertarik
untuk memakan suatu makanan, seringkali kita perlu menambahkan bahan-bahan
tambahan ke dalam makanan yang kita olah. Bisa kita perkirakan bahwa seseorang
tentu tidak akan punya selera untuk memakan sayur sop yang tidak digarami atau
bubur kacang hijau yang tidak memakai gula. Dalam hal ini, garam dan gula
termasuk bahan tambahan. Keduanya termasuk jenis zat aditif makanan.
Zat aditif bukan
hanya garam dan gula saja, tetapi masih banyak bahan-bahan kimia lain. Zat aditif makananditambahkan
dan dicampurkan pada waktu pengolahan makanan untuk memperbaiki tampilan
makanan, meningkatkan cita rasa, memperkaya kandungan gizi, menjaga makanan
agar tidak cepat busuk, dan lain sebagainya (perhatikan Gambar 8.7). Bahan yang
tergolong ke dalam zat aditif makanan harus dapat :
1.
memperbaiki kualitas atau gizi
makanan;
2.
membuat makanan tampak lebih menarik;
3.
meningkatkan cita rasa makanan; dan
4. membuat
makanan menjadi lebih tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk.
Zat-zat aditif tidak
hanya zat-zat yang secara sengaja ditambahkan pada saat proses pengolahan
makanan berlangsung, tetapi juga termasuk zat-zat yang masuk tanpa sengaja dan
bercampur dengan makanan. Masuknya zat-zat aditif ini mungkin terjadi saat
pengolahan, pengemasan, atau sudah terbawa oleh bahan-bahan kimia yang dipakai.
Zat aditif makanan dapat dikelompokkan menjadi dua golongan,
yaitu:
1.
zat aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan
asam sitrat;
2.
zat aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa
dengan bahan alami yang sejenis, baik susunan kimia maupun sifat/fungsinya,
seperti amil asetat dan asam askorbat.
Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat aditif
dapat dikelompokkan sebagai zat pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap rasa.
Zat aditif dalam produk makanan biasanya dicantumkan pada kemasannya.
Zat Adiktif dan Psikotropika
Bahan-bahan kimia tidak hanya menyangkut bahan-bahan kimia yang ada di rumah tangga, seperti pemutih, pembersih, dan zat-zat aditif makanan, tetapi juga zatzat yang dapat menimbulkan pengaruh negatif atau efek samping bagi kesehatan jika pemakaiannya disalahgunakan. Bahan kimia dimaksud di sini adalah kelompok zat kimia yang tergolong ke dalam zat adiktif dan psikotropika.
1. Zat Adiktif
Zat adiktif adalah istilah untuk zat-zat yang pemakaiannya dapat menimbulkan ketergantungan fisik yang kuat dan ketergantungan psikologis yang panjang (drug dependence). Kelompok zat adiktif adalah narkotika (zat atau obat yang berasal dari tanaman) atau bukan tanaman, baik sintetik maupun semisintetik, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa sakit, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika menurut tujuan penggunaan dan tingkatan risiko ketergantungannya terbagi dalam 3 golongan, yaitu:
Zat adiktif adalah istilah untuk zat-zat yang pemakaiannya dapat menimbulkan ketergantungan fisik yang kuat dan ketergantungan psikologis yang panjang (drug dependence). Kelompok zat adiktif adalah narkotika (zat atau obat yang berasal dari tanaman) atau bukan tanaman, baik sintetik maupun semisintetik, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa sakit, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika menurut tujuan penggunaan dan tingkatan risiko ketergantungannya terbagi dalam 3 golongan, yaitu:
·
Golongan I,
narkotika hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi serta memiliki potensi sangat tinggi untuk mengakibatkan sindrom
ketergantungan.
·
Golongan II,
narkotika untuk pengobatan yang digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki
potensi kuat untuk mengakibatkan sindrom ketergantungan.
·
Golongan III,
narkotika untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta berpotensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan.
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetik, bukan narkotika dan berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika menurut tujuan penggunaan dan tingkatan risiko ketergantungannya terbagi dalam 4 golongan, yaitu :
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetik, bukan narkotika dan berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika menurut tujuan penggunaan dan tingkatan risiko ketergantungannya terbagi dalam 4 golongan, yaitu :
·
Golongan I,
psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta memiliki potensi kuat mengakibatkan sindrom
ketergantungan.
·
Golongan II,
psikotropika yang berkhasiat sebagai obat dan dapat digunakan dalam terapi dan
tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki potensi kuat mengakibatkan sindrom
ketergantungan.
·
Golongan III,
psikotropika yang berkhasiat sebagai obat dan banyak digunakan dalam terapi dan
tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki potensi sedang mengakibatkan sindrom
ketergantungan.
·
Golongan IV,
psikotropika yang berkhasiat sebagai obat dan sangat luas digunakan dalam
terapi dan tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki potensi ringan mengakibatkan
sindrom ketergantungan.
Zat adiktif hampir semuanya termasuk ke dalam psikotropika,
tetapi tidak semua psikotropika menimbulkan ketergantungan. Berikut ini
termasuk ke dalam golongan psikotropika, yaitu LSD (Lysergic Acid Diethylamide)
dan amfetamin. Penyalahgunaan kedua golongan psikotropika ini sudah meluas di
dunia.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar