Munculnya
Pergerakan Kebangsaan
1.
Politik
etis dan perkembangan pendidikan
Munculnya
politik etis di Indonesia, tidak dapat dilepaskan dari kebijakan pemerintah
kolonial sebelumnya, misalnya system tanam paksa. Politik etis disebut juga
politik bebas budi. Untuk itu Van De Venter mengusulkan agar Belanda melaksanakan
program irigasi, emigrasi dan edukasi. Usulan Van De Venter ini lebih dikenal
dengan Trias Van De Venter.
Isi
pidato dari ratu Wilhelmina berjudul Haluan Etika/Politik Etis berisi mengenai
gagasan pembaruan politik Belanda.
Muncul
sekolah-sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mula-mula dibuka “Sekolah Kelas
Dua” masyarakat Jawa sering menyebut Sekolah Ongko Loro (angka dua), yang
muridnya berasal dari kalangan bawah. Lalu dibuka sekolah kelas I untuk
anak-anak pribumi golongan menengah. Mata pelajaran yang diberikan membaca,
menulis, berhitung, ilmu alam, ilmu bumi. Untuk anak-anak dari kalangan atas
dibuka sekolah HIS (Hollandisch Inlandsche School) / setingkat SD. Setelah
lulus dari HIS dapat melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) /
setingkat SMP. Dari MULO mereka dapat melanjutkan ke AMS (Algeemene Middlebare School) / SMU.
Dilihat dari
statusnya ada beberapa jenis sekolah yaitu sekolah pemerintah bersubsidi,
swasta.
Selain
sekolah-sekolah yang didirikan oleh Belanda didirikan juga pendidikan Islam.
Sultan Agung memerintahkan agar setiap daerah dibangun masjid sebagai pusat
pendidikan Islam. Di tingkat kabupaten dibangun masjid Gede (masjid besar),
masjid Kawedanan untuk tingkat Kawedanan, dan masjid Desa untuk tingkat desa/kelurahan.
Pendidikan
Islam mengalami kemunduran pada masa kekuasaan kolonial Belanda. Pendidikan
Islam mengalami perkembangan lagi pada saat diberlakukan politik etis.
Sekolah-sekolah bercorak Islam contohnya sekolah Adabiah di Padang dan Madrasah
Diniah di Padang Panjang.
2.
Peran
kaum pelajar dan professional dalam menumbuhkan kesadaran nasional
Berkembangnya
kegiatan pendidikan telah membawa hikmah bagi perjuangan bangsa Indonesia. Para
pelajar disekolah menengah sekolah pendidikan guru, dan yang telah mengenyam
pendidikan tinggi, memiliki pengalaman yang lebih luas. Kaum terpelajar
mengadakan pertemuan antar kelompok belajar, saling bertukar pendapat dan
pengalaman menyangkut perjuangan bangsa. Akibatnya, lahirlah kesadaran baru
tentang harga diri, kebersamaan, dan identitas nasioanal sebagai satu bangsa.
Kaum terpelajar kemudian menyadarkan mesyarakat tentang kedudukannya sebagai
bangsa yang seharusnya sudah memiliki kedaulatan dan kemerdekaan. Karena itu,
diperlukan persatuan dan pergerakan yang terorganisasi untuk berjuang
mendapatkan kedaulatan dan kemerdekaan. Kelompok kaum terpelajar lebih dikenal
sebagai kaum professional. Sebagian besar dari kelompok ini adalah kaum
terpelajar yang sudah menyelesaikan pendidikannya. Kaum professional banyak
yang menjadi pegawai pemerintah. Misalnya mantri, asisten wedana, wedana,
bahkan bupati.
Sementara
itu, kaum professional yang bekerja di luar birokrasi pemerintahan menjalankan
keprofesiannya secara swasta. Mereka lebih bebas, tidak terlalu terikat oleh
system pemerintahan kolonial dan pengaruh kaum bangsawan. Mereka lebih leluasa
melakukan kegiatan termasuk kegiatan politik.
Kaum
pelajar dan kaum professional tampil sebagai perintis dan penggerak munculnya
oergerakan nasional. Dengan demikian, kaum terpelajar & kaum professional
memiliki peran yang penting dalam menumbuh kembangkan kesadaran nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar