Minggu, 22 Februari 2015

Munculnya Pergerakan Kebangsaan

Munculnya Pergerakan Kebangsaan
1.   Politik etis dan perkembangan pendidikan

Munculnya politik etis di Indonesia, tidak dapat dilepaskan dari kebijakan pemerintah kolonial sebelumnya, misalnya system tanam paksa. Politik etis disebut juga politik bebas budi. Untuk itu Van De Venter mengusulkan agar Belanda melaksanakan program irigasi, emigrasi dan edukasi. Usulan Van De Venter ini lebih dikenal dengan Trias Van De Venter.
Isi pidato dari ratu Wilhelmina berjudul Haluan Etika/Politik Etis berisi mengenai gagasan pembaruan politik Belanda.
Muncul sekolah-sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mula-mula dibuka “Sekolah Kelas Dua” masyarakat Jawa sering menyebut Sekolah Ongko Loro (angka dua), yang muridnya berasal dari kalangan bawah. Lalu dibuka sekolah kelas I untuk anak-anak pribumi golongan menengah. Mata pelajaran yang diberikan membaca, menulis, berhitung, ilmu alam, ilmu bumi. Untuk anak-anak dari kalangan atas dibuka sekolah HIS (Hollandisch Inlandsche School) / setingkat SD. Setelah lulus dari HIS dapat melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) / setingkat SMP. Dari MULO mereka dapat melanjutkan ke  AMS (Algeemene Middlebare School) / SMU.
Dilihat dari statusnya ada beberapa jenis sekolah yaitu sekolah pemerintah bersubsidi, swasta.
Selain sekolah-sekolah yang didirikan oleh Belanda didirikan juga pendidikan Islam. Sultan Agung memerintahkan agar setiap daerah dibangun masjid sebagai pusat pendidikan Islam. Di tingkat kabupaten dibangun masjid Gede (masjid besar), masjid Kawedanan untuk tingkat Kawedanan, dan masjid Desa untuk tingkat desa/kelurahan.
Pendidikan Islam mengalami kemunduran pada masa kekuasaan kolonial Belanda. Pendidikan Islam mengalami perkembangan lagi pada saat diberlakukan politik etis. Sekolah-sekolah bercorak Islam contohnya sekolah Adabiah di Padang dan Madrasah Diniah di Padang Panjang.


2.        Peran kaum pelajar dan professional dalam menumbuhkan kesadaran nasional

Berkembangnya kegiatan pendidikan telah membawa hikmah bagi perjuangan bangsa Indonesia. Para pelajar disekolah menengah sekolah pendidikan guru, dan yang telah mengenyam pendidikan tinggi, memiliki pengalaman yang lebih luas. Kaum terpelajar mengadakan pertemuan antar kelompok belajar, saling bertukar pendapat dan pengalaman menyangkut perjuangan bangsa. Akibatnya, lahirlah kesadaran baru tentang harga diri, kebersamaan, dan identitas nasioanal sebagai satu bangsa. Kaum terpelajar kemudian menyadarkan mesyarakat tentang kedudukannya sebagai bangsa yang seharusnya sudah memiliki kedaulatan dan kemerdekaan. Karena itu, diperlukan persatuan dan pergerakan yang terorganisasi untuk berjuang mendapatkan kedaulatan dan kemerdekaan. Kelompok kaum terpelajar lebih dikenal sebagai kaum professional. Sebagian besar dari kelompok ini adalah kaum terpelajar yang sudah menyelesaikan pendidikannya. Kaum professional banyak yang menjadi pegawai pemerintah. Misalnya mantri, asisten wedana, wedana, bahkan bupati.


Sementara itu, kaum professional yang bekerja di luar birokrasi pemerintahan menjalankan keprofesiannya secara swasta. Mereka lebih bebas, tidak terlalu terikat oleh system pemerintahan kolonial dan pengaruh kaum bangsawan. Mereka lebih leluasa melakukan kegiatan termasuk kegiatan politik.
Kaum pelajar dan kaum professional tampil sebagai perintis dan penggerak munculnya oergerakan nasional. Dengan demikian, kaum terpelajar & kaum professional memiliki peran yang penting dalam menumbuh kembangkan kesadaran nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar